Thursday, February 11, 2021

💟 Muamalah Rasulullah SAW 💟

✅kisah diambil dari berbagai sumber siroh nabawiyah "Syaikh Shafiyyur Rahman al Mubarakfurry"


 Ù„Ù„َّÙ‡ُÙ…َّ صَÙ„ِّ عَÙ„َÙ‰ Ù…ُØ­َÙ…َّدٍ Ùˆَ عَÙ„َÙ‰ آلِ Ù…ُØ­َمد


Abdul Muthalib merupakan orang yang istimewa pada zamannya.

Dia juga yang mengasuh Muhammad setelah Aminah Ibu Muhammad meninggal. Itu sebabnya dalam diri Muhammad tumbuh  bakat alami berdagang sejak sangat belia. Rupanya saat diasuh sang kakek Muhammad banyak melihat berbagai transaksi yang dilakukan. 

Bakat dagang Abdul Muthalib juga diwariskan pada anak-anaknya. Salah satunya kepada Abdullah.  Sehingga Abdullah bisa menjadi pedagang sukses seperti dirinya.


Saat itu udara Mekah sedang terik-teriknya. Abdullah bin Abdul Muthalib sedang mempersiapkan perjalanan dagangnya menuju Yatsrib Madinah. Istrinya Aminah sedang mengandung buah hati mereka.


Sebetulnya tidak tega meninggalkan istrinya, namun kewajibannya sebagai seorang suami dan ayah menuntutnya untuk segera melaksanakan niatnya tersebut. Abdullah bertekad untuk segera pulang begitu urusannya di Yatsrib selesai. Ia ingin menunggu istrinya melahirkan.

Namun di tengah perjalanan pulang, Abdullah jatuh sakit. 

"Rasanya aku tidak akan kuat menempuh perjalanan pulang," kata Abdullah kepada kawan-kawannya. 

"Berangkatlah kalian, dan sampaikanlah pesan kepada ayahku dan istriku bahwa aku jatuh sakit," kata Abdullah.

 

"Baiklah, bertahanlah kawan."


Teman-teman Abdullah pergi dengan berat hati. Sebenarnya mereka ingin menunggu Abdullah, namun mereka harus segera menggabarkan keadaan Abdullah kepada keluarganya. 

Tidak lama kemudian Abdullah meninggal dunia. jasadnya dimakamkan di Yatsrib. 

Kabar Ini diterima Aminah.

"Hiks... hiks... Aminah sangat bersedih. 

Aminah hanya dapat menangis sambil mengelus-elus bayi dalam perutnya. Air mata jatuh begitu derasnya. Dia sangat bersedih karena ditinggal suami tercinta untuk selamanya. Dia juga merasa kasihan kepada anak dan kandungannya. Anak itu harus terlahir tanpa ayah yang mencintainya.

Saat itu Abdullah meninggalkan 5 ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang  budak yang kelak mengasuh anak Aminah.

Abdullah bin Abdul Muthalib adalah Ayah dari sosok Mulia Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Abdullah sangat giat bekerja. Kekayaan ayahnya tidak membuat Abdullah hidup berfoya-foya. Dia merintis usaha dagangnya sendiri, meski hanya antara Mekah dan Yatsrib.

Seperti para pedagang lainnya adalah membawa barang dagangan dari Mekah untuk dijual di Yatsrib. Barang-barang yang dibawa Abdullah beragam jenis dan jumlahnya. Dia membawa kain, baju, besi, dan minyak wangi. Barang-barang ini kemudian dijual di Yatsrib. Setelah barang dagangannya habis terjual, Abdullah lantas meninggalkan Yatsrib. Tidak lupa dia juga membeli beberapa barang di Yatsrib untuk dijual di Mekkah.

Abdullah bin Abdul Muthalib juga mempunyai usaha lain yaitu beternak. Tidak heran jika ketika wafat ia meninggalkan harta yang lumayan banyak untuk istri dan anaknya.

Keterampilan Abdullah dalam hal berbisnis ini diwarisi dari kakeknya dan ayahnya. Didikan kakek dan ayahnya mendorong Abdullah untuk mengikuti jejak kebesaran mereka. Apalagi dia berasal dari keluarga terpandang. Nama besar sang kakek dan sang ayah membuat pelanggannya tertarik kepadanya. Ditambah lagi dia mempunyai keahlian memikat pembeli Abdullah bin Abdul Muthalib pun semakin dikenal sebagai pedagang antar kota.

Selain Abdullah ada juga saudara kandungnya yang mewarisi bakat dagang Abdul-muththalib.


Muhammad begitu menikmati masa kecilnya di bawah bimbingan sang kakek. Sayangnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala berkehendak lain, kesehatan Abdul Muthalib mulai memburuk. 

"Wahai anakku, rasanya aku tidak bisa bertahan lagi. Aku titipkan Muhammad kepadamu, sayangilah ia seperti engkau menyayangi anakmu sendiri," ujar Abdul Muthalib dengan nafas tersengal-sengal.

"Iya Ayah, aku akan menjaga muhammad dengan baik,"  jawab Abu Tholib sambil menahan tangis.

Tidak lama kemudian Abdul Muthalib menghembuskan nafas terakhirnya. Abu Tholib tidak kuasa lagi menahan tangis. Dia segera memeluk Muhammad yang sejak tadi menangis di sampingnya.

Muhammad merasakan kesedihan yang sangat dalam. Air matanya mengalir deras, Isak tangisnya mengiris hati.

"Sudahlah Muhammad hapuslah air matamu. Mulai sekarang engkau akan tinggal bersama aku. "Aku akan menyayangimu sepenuh hati," ujar Abu Thalib menenangkan.


Sejak saat itu, Muhammad hidup di bawah asuhan pamannya tersebut. Di bawah bimbingan Abu Thalib, benih benih kewirausahaan Muhammad mulai tumbuh. Seperti Abdul Muthalib, Abu Thalibpun sangat meyayangi dan mencintai Muhammad. Dalam kesederhanaannya, Abu Thalib menjaga Muhammad dengan sungguh sungguh.

Andul Muthalib tidak termasuk keluarga kaya. Namun, dia dan keluarganya begitu terbuka menerima Muhammad. Mujammadpun pandai membawa diri. Beliau kerap membantu pamannya dalam berbagai pekerjaan. Awalmya beliau mengerjakan pekerjaan ringan. Seiring dengan bettambahnya usia, Muhammad mulai membantu pekerjaan lain yang lebih berat.

Abu Thalib mewarisi kepemimpinan Abdul Muthalib. Tugas tugas Abdul Muthalib kini menjadi tugasnya pula. Salah satunya adalah memberikan makanan kepada jamaah haji. Dengan gembira dan penuh semangat, Abu Thalib mengemban tugas tersebut.


Selain itu, Abu Muthalib juga seorang pedagang. Jalur perdagangan Abu Thalib sama dengan kakeknya. Hasyim bin Abdi Manaf. Dia kerap bepergian ke Syam. dalam waktu yang lama. Cuaca padang pasir yang ganas dan tidak menentu adalah tantangan baginya.Dia juga harus siap menghadapi ancaman dari para perampok apdang pasir.Namun, semua itu bukan masalah nagi Abu Thalib. Dia terbiasa bekerja keras dalam kondisi terancam bahaya. Semua dijalani dengan sungguh sungguh.

Muhammad sangat ingin mengikuti pamannya berdagang. Beliau sering merengek kepada pamannya agar bisa ikut serta. Namun Abu Thalib tetap melarang karena perjalanan tersebut berbahaya.

"Ajaklah aku, Paman!" pinta Muhammad.

"Perjalanan ini sangat sulit dan jauh! Aku tidak tega mengajak anak sekecil engkau untuk menempuh kesulitan yang begitu berat!" cegah Abu Thalib.

Kelak saat Muhammad beranjak remaja, Abu Thalib tidak dapat lagi membendung keinginan keponakannya itu. Akhirnya, Muhammad diajak berdagang oleh Abu Thalib. Saat perjalanan dagang itilah, benih kepemimpinan Muhammad mulai bersemi.


Sejak diasuh oleh pamannya, muhammad sering merasa kesepian. Dia merindukan kegiatan yang dapat membuatnya lupa terhadap kematian sang kakek. Saat itu masyarakat Mekah banyak yang berprofesi sebagai peternak. Kambing kambing dan unta unta mereka mencapai puluhan bahkan ratusan.

Muhammad kemudian mempunyai ide cemerlang. Ia menawarkan jasanya untuk menggembalakan kambing kambing tersebut. Upahnya dapat dipakai untuk membantu kehidupan keluarga pamannya Abu Thalib. Beliau memang terbiasa hidup mandiri.

"Aku senang sekali jika kamu yang mengembalakan domba-domba aku. Aku sangat percaya kepadamu. Aku pun tahu kamu berasal dari keluarga terpandang," ujar pemilik kambing. 

Tentu saja hal ini disambut oleh beberapa penduduk Mekah. Dengan nama besar bani Hasyim mereka percaya terhadap asal usul Muhammad.


Hal ini pernah diriwayatkan dalam sebuah hadis, "Aku dulu menggembalakan kambing penduduk Mekah dengan upah beberapa qirath." Hadits Riwayat Bukhari

Meski upah yang diterima terbilang sedikit, Muhammad mendapat banyak pelajaran dari kegiatan menggembalakan ternak ini. 

mbeeek....mbeeek.....
Muhammad mengatur kambing-kambing itu dengan telaten. Di sinilah bakat kepemimpinan Muhammad mulai tampak. Sungguh tidak mudah mengatur binatang ternak. Namun Muhammad mampu melakukannya.

 embeeennk embek Muhammad Mencari Padang subur kemudian beliau mengarahkan ternak ke padang tersebut. Dia juga mengawasi agar tawaran ternak tersebut tidak terpisah atau tersesat. Semua ini membawa beliau ke satu perenungan terhadap alam manusia dan Tuhan.


Lewat pekerjaan ini pula Muhammad memupuk sifat kejujuran yang sudah tertanam di hatinya. Pemilik ternak selalu senang jika hewan peliharaannya digembalakan oleh Muhammad. Muhammad dikenal jujur dan menyayangi binatang gembalaan. 

Di bawah pengawasan Muhammad tidak ada satupun kambing yang lepas, terluka, atau pun mati. Ketika petang tiba kambing kambing itu dipulangkan dalam keadaan sehat dan lengkap. 

"Ini upahmu Muhammad. Kamu sangat rajin. Domba-dombaku jadi gemuk dan sehat. Upahmu aku lebih kan sebagai tanda terima kasihku," ucap majikan Muhammad sambil memberikan beberapa uang dinar. 

Itulah sekelumit pengalaman Muhammad. Pengalaman mengembalakan ternak ternyata banyak memupuk bakat wirausaha beliau.


Seiring keadaan Mekah yang semakin maju sebagai kota transit, Abu Tholib semakin sering bepergian ke luar Mekah. Berkali kali dia memimpin kafilah dagang ke Syam. Semakin sering bepergian  semakin sering pula Muhammad memohon agar diizinkan ikut. Tentu saja Abu Tholib menolak. Perjalanan itu sangatlah panjang. Mereka harus menuruni gurun pasir yang panas. Perjalanan itu juga sangat berbahaya untuk Muhammad.

"Anakku, jangan memaksa ikut pergi, perjalanan ini terlalu berbahaya. Usiamu masih terlalu muda," ujar Abu Thalib menolak permintaan Muhammad.

Muhammad terus-menerus merengek ingin ikut. 

"Tolonglah jangan memaksa terus, aku sungguh mengkhawatirkanmu," Abu Tholib mulai resah dengan renggekan Muhammad.


Muhammad pantang menyerah, beliau terus-menerus membujuk pamannya. Akhirnya kegigihan Muhammad dapat meluluhkan hati pamannya itu.

"Hmmm... Baiklah kali ini aku akan mengajakmu, tetaplah berada di dekatku selama dalam perjalanan."

Saat itu Muhammad berusia 12 tahun. Muhammad sudah menampakan bakat kepemimpinannya yang menonjol. Hal itu terlihat ketika beliau menggembalakan ternak, tidak mudah mengatur kawanan ternak seorang diri, hanya orang yang tekun sabar dan gigih yang dapat melakukannya.

Itulah perjalanan dagang pertama Nabi Muhammad. Kafilah dagang ini menuju Syam dan melewati Bashro. Saat sampai Bashro, mereka bertemu dengan Buhaira. Saat melihat Muhammad, Buhaira begitu tercegang. Dia melihat tanda-tanda kenabian ada pada diri Muhammad. Tanda kenabian itu pernah dia baca dalam kitab agamanya. Hal ini kemudian disampaikan kepada Abu Thalib. Buhaira meminta Abu Thalib agar menjaga dan melindungi Muhammad.


"Bawa pulang anak ini!" bisik Buhaira kepada Abu Thalib. Suaranya gemetar.

"Dia," ucap Buhaira, "akan membawa ajaran yang besar. Lindungi dia dari kejahatan orang Yahudi. 

Abu Tholib menuruti kata-kata Buhaira.  Muhammad segera dibawa pulang setelah Abu Tholib menitipkan barang dagangannya.

Di Mekah Muhammad kembali mengisi hari-harinya dengan menggembalakan kambing. Abu Tholib melihat keponakannya itu begitu gigih mengemban amanah dari pemilik kambing-kambing itu. Dia percaya bahwa Muhammad dapat mengemban tugas yang lebih berat.

 Abu Tholib semakin kagum terhadap kepribadian Muhammad. Sedikit demi sedikit ia mengajarkan cara berdagang kepada Muhammad. Muhammad mendengarkan dengan teliti dan penuh perhatian. Kemudian, boleh mempraktikkannya dengan benar.

 Muhammad bertekad ingin menjadi pedagang ulung. Semakin hari, tekadnya semakin kuat. Oleh karena itu, beliau terus belajar pada pamannya


Muhammad kini menjadi seorang pedagang yang berwawasan luas. Awalnya beliau merintis pengalaman dagangnya di Mekah. Lokasi tepatnya di Pasar Ukadz. Setelah itu Muhammad terbiasa berdagang ke luar Mekah.


Beliau telah melakukan perjalanan dagang ke berbagai kota. Rabi bin  Badr pernah melakukan kerjasama dagang dengan Muhammad. Hal ini tercatat dalam suatu riwayat. Suatu ketika mereka bertemu kembali.

Muhammad bertanya kepada Rabi bin Badr, "Apakah Anda mengenaliku?"

Rabi bin Badr menjawab, "Kau pernah menjadi mitraku. Engkau adalah mitra terbaik. Engkau tidak pernah menipuku dan tidak berselisih dengan ku.


Pengetahuan yang luas juga membuat Muhammad disukai. Pemimpin kafilah Imam Ahmad meriwayatkan bahwa suatu ketika Muhammad SAW dia menemui pemimpin salah satu kabilah dari Bahrain. Dari sekedar obrolan ringan tentang orang-orang terkemuka,  Al Asajj begitu kagum dengan wawasan Muhammad yang luas.

Muhammad begitu percaya diri saat menyinggung kota-kota perdagangan di Bahrain. Kota-kota ini meliputi Stafa  Musyaqqar  dan Hijar. Muhammad pun berhasil membuat kekaguman Al Asajj memuncak. Al Asajj sungguh kagum akan wawasan geografis dan pengetahuan Muhammad tentang pusat-pusat perdagangan.

Dengan sikap taqdim Muhammad berkata kepada Al Sajj, "Saya mendapat kesempatan menjelajahi negeri anda dan saya telah diperlakukan dengan baik."


Ketika itu senyuman Al Asajj semakin lebar. Dia tahu orang yang di depannya ini bukan sekedar pedagang dari Mekkah. Beliau adalah sosok istimewa dengan sifat dan kemampuan yang istimewa pula. 

Dari riwayat di atas tergambar betapa luasnya penguasaan dagang Muhammad. Selain berwawasan luas, dia juga sangat jujur. Kecerdikan dalam pengambilan peluang juga menjadi penentu keberhasilan nya dengan perdagangan. erbagai keutamaan yang ada pada dirinya membuat beliau begitu terkenal. Begitu banyak pemilik modal yang ingin bekerja sama dengan beliau. Mereka berlomba-lomba untuk menjadi mitra bisnisnya. Para pemilik modal begitu percaya kepada Muhammad, hal itu tergambar dari kata-kata yang disampaikan oleh salah seorang pemilik modal kaya di Mekah. Aku memilihmu untuk menjual barang daganganku. Aku sangat percaya kepadamu.k Aku akan memberimu upah yang lebih besar daripada yang diberikan orang lain kepadamu.


Rupanya darah wirausaha sang kakek terwariskan kepada diri Muhammad. Sekarang setiap orang mengenal sosok Muhammad. Beliau adalah pemuda yang gigih dan suka bekerja keras. 

Dari seorang pengembala Muhammad menjadi seorang pedagang. Tiap hari pelanggan Muhammad semakin banyak. Bukan itu saja, banyak pedagang yang ingin bekerja sama dengan beliau. 

Orang-orang ini umumnya berasal dari sekitar Mekah. Namun ada juga yang berasal dari luar negeri. Tanggung jawab Muhammad sebagai pedagang yang jujur dan amanah terus berhembus. 

"Aku sering mendengar namamu. Banyak yang bilang bahwa Engkau adalah seorang pedagang yang jujur. Karena itu aku ingin bekerjasama denganmu," ujar seorang pedagang kepada Muhammad.


Sebagai pedagang, Muhammad Shallallahu mengemban amanah dengan baik. Muhammad selalu memberikan hak pembeli dan orang-orang yang mempercayakan modalnya kepada beliau. 

Muhammad selalu melaporkan keuntungan yang didapatkannya kepada pemilik modal. Beliau  tidak pernah berbohong. Itu sebabnya para pemilik modal senang berbisnis dengan Muhammad.

"Wah semenjak bekerjasama denganmu aku mendapatkan keuntungan yang berlipat. Aku harap kerjasama ini akan terus berlanjut," ujar seorang pemilik modal kepada Muhammad. 

Salah seorang sahabat Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam yang bernama ubadah bin shamit meriwayatkan bahwa Beliau pernah bersabda, "Berikanlah kepadaku 6 jaminan dari diri kamu, maka aku menjamin surga untuk kamu: berlaku benar saat berbicara, tepatilah ketika kamu berjanji, tunaikanlah amanah, pejamkanlah mata kamu dari yang dilarang, serta tahanlah tangan kamu dari menyakiti dan mengambil hak orang lain (hadis riwayat Ahmad).


Muhammad tidak pernah  mengingkari janji yang telah disepakati. Oleh karena itu banyak orang yang mempercayakan modolnya kepada beliau. Beliau juga pantang menyembunyikan cacat atas barang yang dijualnya. Beliau juga tidak pernah mempermainkan harga pasar. 

Nama baik Muhammad sebagai pedagang amanah telah menjadi pembicaraan ramai. Para pemuda tidak ragu-ragu menjadikan Muhammad sebagai mitra bisnisnya. Selain itu banyak juga yang tertarik untuk menjadikan Muhammad sebagai menantunya atau suaminya. 

Saat itu Muhammad menjadi Pemuda Idaman para gadis dan perempuan kaya. Dari sekian banyak pengusaha, ada seorang perempuan pengusaha yang sangat tertarik kepada Muhammad.


Di Mekah ada seorang perempuan yang dikenal dengan julukan thohiroh. Artinya perempuan yang suci. Julukan ini diberikan kepada perempuan itu karena dia pandai menjaga kehormatannya. 

Selain itu dia juga dikenal sebagai pebisnis sukses. Siapakah dia?

Dia adalah Khadijah binti khuwailid.  Ayah Khodijah yaitu Khuwailid dikenal sebagai lelaki cerdas berakhlak mulia jujur dan pebisnis kaya. Tidak heran jika kau tidak mewarisi kebaikan sang ayah. Apalagi keluarga mereka termasuk keluarga paling terhormat di Quraisy.

Suatu ketika Khodijah berniat mengirimkan khafillah dagang ke negeri Syam. Khodijah membutuhkan seseorang untuk mengawasi dan memimpin rombongan tersebut. Saat itu masyarakat Mekkah sedang ramai membicarakan Muhammad bin Abdullah. Muhammad dikenal sebagai orang yang jujur dan berakhlak mulia. Khodijah pun segera memanggilnya.


Ketika menghadapi Khadijah, Muhammad bersikap sangat sopan. Beliau selalu menundukkan wajahnya. Khadijah langsung menyukai Muhammad. Begitu melihatnya firasat Khadijah mengatakan bahwa pemuda ini akan berhasil memimpin kabilahnya menuju Syam. 

"Wahai Muhammad," ujar Khadijah. "Aku memanggilmu karena kejujuran dan tanggung jawab yang terpercaya."

Saat itu Muhammad tidak banyak bicara, hanya mengangguk dan tersenyum. Melihat sikap Muhammad ini, Khodijah semakin penasaran dengan sosok pemuda yang dijuluki al amin ini. 

"Aku memilihmu dan akan ku bayar kau dua kali lipat dari yang biasa diterima orang lain. Bagaimana kau setuju?" kata Khodijah.

Muhammad mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum dan mengangguk. Beliau kemudian kembali menunduk. Dahi Khadijah mengernyit melihat hal ini, tapi dia menyukainya. Itu berarti Muhammad dapat menjaga kehormatannya di depan seorang perempuan.


Pada hari yang ditentukan Muhammad dan rombongannya berangkat menuju negeri Syam. Seorang laki-laki bernama Maisaroh diutus Khadijah untuk membantu Muhammad selama dalam perjalanan. Semua yang berada dalam rombongan tersebut merasa aman dan nyaman di bawah kepemimpinan Muhammad meski masih belia Muhammad mampu membuat keputusan keputusan penting.

Setibanya di Syam Muhammad berpesan kepada kafilah-kafilah yang dipimpinnya untuk tidak curang dan membohongi pembeli. Muhammad juga berpesan Untuk tidak saling merugikan pedagang lain. Mendengar hal ini Maisarah tersenyum dan merasa senang. Apalagi saat dilihatnya Muhammad sedang ber transaksi. 

Ketika ada pembeli datang Muhammad mengucapkan salam dan tersenyum. Muhammad juga selalu bersikap demikian kepada pedagang lain saat hendak membeli barang dagangan untuk dijual di Mekah nanti. Muhammad menawar harga dengan santun dan tidak memaksa. Jika tidak mendapat harga yang diinginkan, Muhammad akan meminta maaf dan menolak dengan halus.


Ekspedisi dagang ini meraih sukses besar di Syam. Sesampainya di Mekah Muhammad disambut hangat. Setelah melakukan tawaf di Ka'bah, Muhammad bergegas menemui Khodijah ingin melaporkan hasil yang sudah diperoleh selama berdagang ke Syam.

Sebuah senyuman hangat tersungging di bibir Khodijah. Saat menyambut Muhammad, Khadijah merasa lega dan senang dengan hasil yang didapat Muhammad. Saat mendengar penuturan Maisarah tentang tindak-tanduk Muhammad selama dalam perjalanan dan ketika sedang berada di Syam.

"Wahai Muhammad Sekarang aku tahu kenapa mereka menyebutmu Al Amin," ujar Khodijah dengan senyuman penuh arti.

Kekaguman Khadijah kepada Muhammad semakin besar. Apakah yang akan dilakukan Khodijah berkaitan dengan perasaannya itu?


Udara Mekah siang itu sangat panas. Khadijah sedang menikmati pemandangan kota Mekah dari lantai atas rumahnya. Tiba-tiba dia melihat Muhammad melintas. Khodijah teringat saat melihat Muhammad kembali dari ekspedisi dagang ke Syam saat itu. Muhammad menunggangi unta memasuki kota Muhammad saat itu terlihat gagah dan berwibawa.

Seketika itu wajah Khadijah lebih merona menyadari bahwa pertumbuhan kekaguman kepada sosok Muhammad. Khadijah bukan hanya kagum kepada sikap Muhammad yang jujur santun dan mulia. Khodijah juga terpesona pada ketampanan Muhammad. Dia masih ingat postur tubuh Muhammad yang tegap dan dadanya yang bidang. 

Mungkinkah jika Muhammad akan menjadi pendampingku kelak. Tapi mana mungkin Muhammad mau bersanding denganku gumam Khodijah murung.


Sebagai seorang perempuan terhormat. Dia memang mempunyai hak untuk memilih siapa calon suaminya. Namun ia masih merasa malu untuk meminang seorang laki-laki. Apalagi usia mereka terpaut jauh. 

Kekaguman Khodijah terhadap Muhammad sudah tidak bisa ditutupi. Muhammad yang jujur dan terpercaya sudah menjadi buah bibir masyarakat Mekkah. Bahkan Muhammad sudah terkenal ke beberapa kota lainnya sebagai pedagang yang amanah.

Sebenarnya bukan hanya Khadijah yang tertarik kepada Muhammad. Banyak gadis-gadis dan perempuan kaya Mekah yang begitu tertarik kepada beliau. Mereka berusaha menarik perhatian Muhammad. Mereka sangat berharap Muhammad menjadi suaminya. Namun Muhammad sepertinya tidak tertarik bujukan dan rayuan mereka tidak bisa meluluhkan hatinya. Akibatnya banyak gadis dan perempuan Mekah yang kecewa.


Lagi-lagi Khodijah terkenang akan sosok Muhammad. Dia begitu kagum akan keberhasilan Muhammad pemimpin ekspedisi dagang Syam. Ekspedisi dagang tersebut menghasilkan untung yang berlipat-lipat. Keuntungan sebesar itu tidak mungkin didapatkan kalau yang memimpin ekspedisi nya bukan orang yang istimewa. Orang itu harus memiliki kecerdasan dan bakat dagang yang luar biasa. Selain itu Muhammad juga sangat jujur dan sopan. Inilah keutamaannya ada pada diri Muhammad.

"Muhammad memang sangat berbakat dalam berdagang. Dia menjalankan bisnisnya berbeda dengan pedagang lainnya. Aku jadi penasaran, Mungkinkah?... 

Khodijah terus-menerus memikirkan Muhammad. Malam itu Khadijah begitu resah. Dia sangat sulit memejamkan matanya. Belum pernah dia merasakan kekaguman yang begitu besar. Apalagi terhadap seorang lelaki. Selama ini banyak pinangan dari lelaki terpandang dan kaya yang ditolaknya. Namun mengapa hatinya tidak dapat menolak sosok Muhammad?

Begitu dalamnya kekaguman Khadijah kepada Muhammad.

Udara dingin masih menyelimuti Kota Mekah. Tampaknya seluruh warga Mekah juga masih bersembunyi dibalik selimut mereka. Namun tidak demikian dengan Khadijah. Sebagai seorang perempuan pebisnis Khadijah selalu bangun lebih awal untuk menyiapkan usahanya. Pagi ini terasa berbeda bagi Khodijah. Senyum dibibir Khodijah selalu tersungging.

Semalam Khodijah sudah membuat keputusan penting. Dia akan meminang Muhammad. Hanya saja, Khadijah masih kebingungan mencari perantara. Dia tidak mungkin mendatangi kediaman Muhammad seorang diri. Sebagai seorang perempuan bernasab baik, Khadijah tentu saja menjaga kehormatannya.

Matahari mulai naik saat Khadijah teringat sebuah nama. Siapa lagi kalau bukan Nafisah binti Umayyah. Nafisah bukan orang lain bagi Muhammad. Dia adalah kerabat dekat Muhammad.


Khadijah bergegas menemui Nafisah. Tentu saja Nafisah menyambut baik niat Khadijah. Dia senang bisa menjadi perantara dua orang yang dikenal mulia. Tanpa menunggu lama Nafisah segera menyambangi kediaman Muhammad. Ia segera menyampaikan maksud kedatangannya. 

Muhammad menolak tawaran Nafisah. "Nafisah, aku adalah seorang yang  papa. Apa yang aku berikan kepada istriku kelak?"

Nafisah tersenyum mendengar jawaban Muhammad. "Muhammad, kemiskinan bukanlah alasan seseorang untuk tidak menikah, apalagi jika kau tahu siapa yang akan menjadi calon istrimu nanti."

Dahi Muhammad berkerut mendengar jawaban Nafisah. Dia tidak menyangka bahwa Nafisah sudah memiliki calon istri untuknya.


" Siapa perempuan itu?" tanya Muhammad

"Khadijah," jawab Nafisah singkat.

Muhammad bertanya lagi, "Bagaimana mungkin?" 

Kali ini Nafisah tersenyum dan menjawab mantap. "Aku yang akan mengatur nya." 

Setelah diplomasinya berjalan baik, Nafisa segera menemui Khotijah. Tentu saja kebahagiaan langsung menyelimuti hati Khadijah. Dia sangat senang, Muhammad setuju dengan rencananya.

Atas saran Nafisah  Khadijah akhirnya mengundang Muhammad ke kediamannya. Saat itu dengan keberaniannya, Khadijah menyampaikan niatnya secara langsung.

"Anak pamanku, atas dasar kekerabatan ,kemuliaan sikapmu, dan kebaikan akhlak mulia, serta kejujuran perkataanmu, aku berhasrat untuk menikah denganmu."

Mendengar lamaran tersebut, Muhammad terdiam beberapa saat. Kemudian Muhammad mengangguk setuju. Melihat muka Muhammad, Khadijah tersenyum bahagia. Hilanglah sudah kegelisahannya, khawatir Muhammad menolak tawarannya. Setelah itu mereka merencanakan pernikahan.


Hari pernikahan telah ditentukan.  Peristiwa bersejarah itu terjadi dua bulan setelah kepulangan muhammad dari negeri syam. Saat itu usia muhammad adalah 25 tahun. Khadijah berusia 40 tahun. Muhammad yang didampingi bani Hasyim menyerahkan mahar sebanyak 20 ekor unta.

Kabar ini tentu disambut bahagia oleh seluruh penduduk makkah.

"Wahh, mereka benar-benar pasangan yang serasi," ujar seseorang.

"Ya, betul yang perempuan mempunyai modal yang besar, yang laki-laki pandai mengelolanya," ujar yang lain.

Ya  setelah menikah, Khodijah menyerahkan bisnisnya kepada Muhammad. "Mulai sekarang aku serahkan bisnis ku kepadamu, wahai suamiku. Aku yakin bisnis ini akan berkembang pesat di tanganmu," ujar khadijah kepada muhammad.


Bisnis Khadijah kini tidak hanya bermodalkan harta melimpah, tetapi juga tanggung jawab dan kejujuran muhammad.

Dalam urusan perdagangan Muhammad memang berperan sangat penting. Muhammad tentu tidak ingin mengecewakan istrinya. Beliau tahu bahwa istrinya telah merintis usaha dalam waktu lama.  Semua keputusan penting diambil setelah bermusyawarah dengan Khadijah. Para pedagang dan pelanggan mereka sungguh kagum kepada sosok muhammad. 

Muhammad sangat menghormati dan mencintai istrinya. Khodijah bukan hanya seorang istri melainkan juga seorang rekan bisnis. 

Khadijah sangat bahagia dia bersyukur hidupnya telah banyak berubah. Kalau biasanya dia sendiri yang mengurusi perdagangan, kini ada sang suami. Kalau dulu dia tidak mempunyai pasangan, sekarang ada saat suami yang menyayanginya.


Sebagai seorang suami, Muhammad sangat mencintai dan melindungi istrinya. Muhammad juga selalu bisa menyelesaikan masalah dengan sangat bijak. Jika ada pelanggan yang kurang puas, Muhammad tidak segan-segan meminta maaf. Sebaliknya jika Muhammad menemui kecurangan dia akan mengingatkan dengan santun.

Seluruh Mekah kini mengenal pasangan pebisnis ini. Banyak di antara pedagang besar dari luar Mekkah yang kemudian ingin menjalin kerjasama dengan Muhammad. Apalagi Muhammad masih memimpin sendiri para kafilah pergi ke Syam.

Namanya makin berkibar sebagai pedagang yang jujur dan amanah. Muhammad percaya jika suatu hal dilakukan dengan mementingkan kejujuran akan berbuah kebaikan. Prinsip ini yang selalu dipegang teguh Muhammad dalam memimpin usaha yang telah dirintis istrinya.

Nama Muhammad semakin terkenal di kalangan pedagang. Beliau mampu meraih kesuksesan yang luar biasa.


Seiring berjalannya waktu, banyak pedagang lain yang mengenal Muhammad. Umumnya para pedagang Ini mendengar tentang kebaikan Muhammad dan istrinya. Mereka terkenal rajin bersedekah. Tidak ada ketakutan di hati mereka akan berkurangnya harta. Justru harta keduanya  semakin melimpah. Masya Allah.

"Aku dengar Muhammad mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat,  dari mana ya dia mendapatkannya?" ujar seorang pedagang. Aku juga heran. Bagaimana, ya, cara dia berdagang?Kenapa bisa sebesar itu keuntungannya?" ujar temannya.

"Padahal, barang dagangan kita sama. Jalur dagang kita juga sama. Kenapa hasilnya beda ya?" si pedagang mengerutkan keningnya sambil mengelus-elus dagunya.


"Sebaiknya kita cari tahu pasti dia punya strategi khusus." 

Setelah diselidiki ternyata keuntungan yang berlipat ganda itu didapatkan karena Muhammad memiliki sifat-sifat yang sangat mulia. Khadijah yang juga dikenal berakhlak mulia ikut menerapkan gaya kepemimpinan suaminya itu. 

Selain dikenal sebagai Al Amin, Muhammad dikenal memiliki sifat Sidiq. Siddiq artinya benar. 

"Apakah kau pernah bekerja sama dengan lelaki bernama Muhammad?" ujar seorang pemilik modal kepada temannya. 

"Ya, aku pernah bekerja sama dengannya," jawab temannya.

"Bagaimana pendapatmu tentangnya."

"Dia orang yang sangat jujur, ucapannya selalu benar, jika ada barang dagangannya yang rusak akan mengatakannya."

"Kalau begitu aku ingin bekerja sama dengannya," ucap pemilik modal itu mantap.



Muhammad juga memiliki sifat amanah, artinya dapat dipercaya. Muhammad selalu menjaga nama baiknya. Caranya adalah dengan menjaga tanggung jawab yang telah diberikan kepadanya. Itu sebabnya, relasi bisnis dan pelanggannya tidak pernah kecewa. 

Jika ada yang menghambat bisnisnya, beliau tidak segan untuk turun tangan sendiri. Apalagi jika beliau menghadapi relasi atau pelanggan baru.

Muhammad juga terus bermusyawarah dengan Khodijah tentang langkah-langkah selanjutnya. Dengan tenang, beliau menyampaikan maksud dan tujuannya. Ucapannya lembut dan menenangkan hati. 

Muhammad juga memiliki strategi khusus dalam menjalankan bisnisnya. Itulah sebabnya beliau dikenal sebagai orang yang Fathonah atau cerdas. Dengan cerdas Muhammad mengatur taktik agar memperoleh keuntungan secara jujur.

Ada satu sifat lagi yang dimiliki Muhammad.  Setelah diangkat menjadi rasul, sifat itu adalah tabliq. Tabliq artinya menyampaikan maksudnya menyampaikan Risalah.


Bisnis Muhammad semakin kukuh dan berkah setiap harinya. Khodijah tentu bersyukur karena mendapatkan suami seperti Muhammad. Begitu pula dengan Muhammad, beliau sangat bersyukur beristrikan Khodijah.

Dalam berdagang Muhammad selalu mengutamakan akhlak mulia. Muhammad adalah teladan yang sempurna. Kepandaiannya dalam berbisnis memukau siapa pun. Banyak pedagang yang tertarik kepada beliau. Muhammad selalu mengutamakan kewajibannya. Beliau lebih mementingkan Akhlak Yang Mulia.

Muhammad selalu bersemangat dalam melayani pelanggan dan mitra bisnisnya. Beliau selalu menjalin hubungan baik dengan mereka, juga tidak segan-segan mendoakan mereka. Muhammad selalu berbaik sangka kepada pelanggan dan mitra bisnisnya.


Kecerdasan komunikasi beliau dengan pelanggan dan mitra bisnisnya sangat tinggi. Saat menghadapi pelanggan, Muhammad kerap menunjukkan keterbukaan diri. Itu sebabnya banyak pelanggan yang percaya terhadap kualitas dagangan Muhammad.

Suatu hari seseorang ingin membeli kain yang dijual Muhammad. Muhammad tidak mau menjual kain tersebut karena ada bagian yang sobek. Namun pembeli itu memaksa.

"Aku suka dengan kain yang terjual berapa pun kau jual, aku akan membelinya," ujar pembeli itu.

Muhammad segera menunjukkan kain dengan bagian yang sobek, beliaupun mengurangi harga kain tersebut. Namun pembeli tetap membeli dengan harga biasa.  Pembeli itu menghargai kejujuran Muhammad.


Muhammad tidak pernah menolak pelanggan dengan alasan malas. Beliau selalu ingin mengedepankan kualitas pelayanan. Beliau tidak segan-segan mengucapkan salam dan menyapa pelanggan terlebih dahulu. Muhammad menyambut mereka dengan hangat dan memberikan senyuman terbaik.

Muhammad berbisnis atas dasar ibadah kepada Allah swt. Bagi beliau bisnis bukan sekedar mencari keuntungan dan kekuasaan dunia. Oleh karena itu beliau selalu menjaga silaturahmi dengan mitra bisnisnya. Meski ramah dan bersifat terbuka Muhammad tetap bisa bersikap tegas. Khususnya ketika beliau merasa dirugikan. Jika dirasa transaksi yang dilakukan memberatkan salah satu pihak, beliau  tidak segan-segan membatalkannya. Beliau tidak ingin sekedar mendapatkan untung duniawi. Lebih dari itu beliau juga menginginkan ridho Allah swt.


Berkat akhlaknya yang mulia, Muhammad meraih kesuksesan dalam berdagang Harta berlimpah.

Suatu ketika setelah Muhammad diangkat menjadi rasul, Saad bin Abi Waqqash mengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam pernah ditanya "Bolehkah membeli kurma segar dengan menukarkannya dengan kurma kering?"

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bertanya, "Apakah kurma segar akan menyusut jika menjadi kering?" 

Orang itu menjawab, "Kurma segar tentu akan menyusut." (HR Thirmidzi)

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kemudian melarang transaksi tersebut. Beliau tidak ingin salah satu pihak merasa dirugikan dalam sebuah transaksi dagang. Setelah menerima wahyu kenabian, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam menerapkan etika bisnis Islami.


Muhammad hidup di tengah masyarakat Arab jahiliyah. Masyarakat ini hidup tanpa arah dan tujuan. Mereka hidup mengikuti kayakinan nenek moyang. Mereka banyak penyimpangan terhadap nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Begitu juga dalam hal berdagang. Banyak pedagang yang mencurigai, mencurangi pembeli. Banyak penanam modal yang ditipu oleh Mitra bisnisnya.

Muhammad sangat prihatin melihat hal ini. Beliau merenungkan  cara untuk menghentikan tabiat buruk disekitarnya. Beliau resah melihat banyak pertikaian muncul akibat hubungan bisnis yang buruk.

Seiring dengan ajaran Islam yang diterimanya, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mulai memperkenalkan trend baru dalam perdagangan. Sesuai perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melarang riba. Turunlah perintah Allah subhanahu wa ta'ala. "Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Quran surat al-baqarah ayat 275.


Perintah Allah Subhanahu ta'ala untuk mengharamkan riba ini membuat keyakinan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam semakin kuat. Beliau semakin gencar menyerukan dan mencontohkan berbisnis secara halal.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam mencontohkan untuk bersifat iffah dan qanaah. Iffah adalah memelihara diri dari harta dari unsur dan perbuatan haram. Qanaah artinya menerima dan merasa cukup atas rezeki yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Qanaah juga berarti tidak tergoda untuk memperbanyak kekayaan lewat cara-cara tidak terpuji. Cara yang tidak terpuji contohnya menipu pelanggan, melarikan keuntungan yang didapat, tidak melaporkan keuntungan kepada pemilik modal, dan saling memfitnah. 

Suatu saat ada yang bertanya, "Ya Rasul apakah mata pencaharian yang paling utama?" 

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam menjawab, "Hasil jerih payah seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur. hadis riwayat Hakim. 

Suatu hari, Bilal datang menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Setelah mengucapkan salam, Bilalpun bertanya, "Ya Rasulullah, saya memiliki kurma yang berkualitas rendah, kemudian saya menukarkannya dengan dua sha' jenis Barnie untuk dimakan oleh engkau."


Dengan wajah muram, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam menjawab, "Hati-hati, hati-hati, ini sesungguhnya riba, ini sesungguhnya riba. Jangan berbuat begini! Namun jika kamu memilih kurma yang mutunya lebih tinggi, jual kurma yang mutunya rendah untuk mendapatkan uang, kemudian gunakanlah uang tersebut untuk membeli kurma yang bermutu tinggi." Hadits Riwayat Bukhari 

Pada kesempatan lain Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Tuhan sesungguhnya berbuat adil karena tidak membenarkan empat golongan yang memasuki surga atau tidak mendapat petunjuk dari nya. Mereka itu adalah peminum arak, pemakan riba, pemakan harta anak yatim, dan orang yang menelantarkan ibu bapaknya. hadits riwayat Hakim.

Tentu saja penolakan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam terhadap berita ini dikecam oleh masyarakat Arab pada waktu itu. Ada saja alasan mereka, namun dengan tenang Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menjelaskan pelarangan riba ini. Penjelasan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam didasarkan pada ayat-ayat al-quran yang diturunkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.


Allah ta'ala melarang riba karena riba tidak dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Apalagi memperoleh ridhoNya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengancam akan membalas secara keras orang-orang yang memakan harta riba. Riba diharamkan karena dapat merugikan pihak lain. 

Seorang sahabat yang bernama Jabir mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengutuk orang yang menerima riba, orang membayarnya, orang mencatatnya  dan dua orang saksi nya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Mereka itu semuanya sama." Hadits Riwayat Muslim.

Bahkan dalam khotbah terakhirnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam masih peduli dan mengingatkan umat muslim tentang riba. Beliau berkata, "Ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu, dan dia pasti akan menghitung amalmu."

Allah telah melarang kamu mengambil riba. Oleh karena itu hutang tanpa riba harus dihapuskan. Modal uang pokok kalian adalah hak kalian. Kalian tidak akan menderita atau pun mengalami ketidakadilan. Hadits Riwayat Muslim.


Meski kaya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam hidup sederhana. Beliau tidak pernah bermegah megahan dengan rezeki yang telah diperolehnya itu. Beliau tetap hidup bersahaja. Pakaian yang dipakai beliau pun terbuat dari bahan berkualitas sederhana, tidak mewah, dan tidak mencolok.

Salah satu sahabat yang bernama Anas radhiallahu Anhu berkata, "Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dengan para sahabat sudah tinggal di Madinah, Rasulullah pernah menggadaikan baju besinya kepada orang Yahudi di Madinah, dan mengambil darinya gandum untuk keluarga beliau." Hadits Riwayat Bukhari.

Setelah menjadi rasul, harta yang dimiliki Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tetap banyak. Harta itu berasal dari hadiah para sahabat atau bagian dari rampasan perang. Akan tetapi harta beliau hampir semuanya disedekahkan lagi. Pernah suatu kali Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menerima 90.000 dirham. Kemudian beliau memberikan uang itu kepada orang banyak hingga habis. Saat kembali dari perang Hunain, beliau membagikan harta rampasan bagian beliau hingga tidak bersisa.


Rasulullah selalu mendahulukan kepentingan umat melebihi kepentingannya sendiri. Beliau selalu berinfak dan bersedekah dan membantu fakir miskin. 

Suatu hari seorang sahabat dari kaum Anshor meminta sesuatu kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. 

"Apakah ada sesuatu di rumahmu?" tanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam.

"Ada ya Rasulullah, selembar kain sprei, sebagian kami kenakan sebagian lagi kami jadikan alas duduk, ada juga sebuah gelas besar yang kami gunakan untuk minum. 

"Bawalah keduanya. kepadaku!" ujar Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Ketika keduanya dibawa, beliau berkata kepada para sahabat, "Siapa yang mau membeli kedua barang ini, saya membelinya dengan harga 1 dirham," ujar seorang. "Siapa yang ingin menambahinya satu dirham?" tanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam.

"Saya beli keduanya seharga 2 dirham," ujar yang lain Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam segera memberikan uang itu kepada laki-laki Anshar yang meminta. Setelah itu Rasulullah bersabda, "Belilah makanan satu dirham, lalu berikan kepada keluargamu satu dirham  lagi, belikanlah sebuah kapak dan bawalah kepadaku.


Laki-laki itu segera melaksanakan perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi Salam. Dia kembali dengan membawa kapak .

Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Pergilah mencari kayu bakar dan jualah dan jangan sampai aku melihatmu selama 15 hari."

Laki-laki Anshar itu melaksanakan perintah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. 16 hari kemudian ia kembali membawa uang sepuluh dirham. Sebagian uang yang digunakan untuk membeli makanan, bagian lagi digunakan untuk membeli pakaian.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sudah menunjukkan cara mencari harta yang halal. Keuntungan bisa terlihat meski tanpa membohongi pelanggan saat itu memang Tengah marak dan Yang mencurangi pembeli. 

Banyak juga pembeli dengan membeli harga tinggi namun semua itu tidak banyak berlaku bagi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengajarkan cara pedagang dengan jujur.


Seiring dengan kenabian yang diterima Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, beliau fokus berdakwah. Penduduk Mekah harus mengetahui tentang Islam. Mereka harus memahami agama terakhir yang menjadi rahmat bagi alam semesta.

Ingin mereka memeluk Islam dan menjadi saksi atas janji Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menyadari bahwa dakwah membutuhkan pengorbanan. Semua yang dimiliki akan dipertaruhkan bukan hanya harta dan jiwa pun siap dikorbankan. Selain itu waktu untuk berbisnis pun sekarang sudah tidak ada lagi. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam harus fokus untuk berdakwah.

Menyadari tugas suaminya tersebut Khodijah bertindak sigap. Khodijah menyatakan kesiapannya untuk mendampingi suaminya dalam berdakwah. Bahkan seluruh harta yang dimilikinya ia rela kan untuk kepentingan dakwah.


"Ya Rasulullah pergunakanlah harta kita untuk keperluan dakwah. Aku telah merelakannya!" ujar Khodijah dengan sungguh-sungguh. 

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam sangat bersyukur karena mendapat kelebihan sebagai pengusaha kaya. Seluruh harta yang diperolehnya ketika berdagang digunakan untuk bersedekah dan berdakwah. Beliau tidak lagi memikirkan usahanya, semua waktu dan tenaga beliau dicurahkan untuk berdakwah.

Bagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memenuhi kebutuhan hidupnya? Bukankah semua hartanya sudah diterapkan untuk keperluan dakwah?

Menurut Ali Syuaibi, semasa kenabian, harta Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam berasal dari 3 sumber. Pertama harta yang diserahkan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan kaum muslim tanpa melalui pertempuran. Kedua, harta yang dipilih Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dari ghanimah sebelum dibagikan. Ketiga, beberapa bagian diluar 1/5 yang merupakan hak Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.


Namun Khodijah dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sama sekali tidak keberatan. Mereka sadar siapa pemilik harta sesungguhnya. Keduanya tetap menggunakan harta mereka untuk membiayai dakwah. Mereka menebus budak yang teraniaya, mereka juga terus bersedekah sambil menyampaikan ajaran Islam. Pada masa ajaran Islam telah berkembang masih saja ada pedagang yang melakukan kecurangan.

Sebelum Islam datang di Jazirah Arab wilayah ini telah memiliki beberapa pasar. Salah satu pasar yang terbesar adalah Pasar Ukadz. Pasar ini dibuka setiap tanggal 1 sampai 22 Dzulkaidah. Para pedagang berduyun duyun membawa barang dagangan ke pasar ini. Mereka menggunakan unta atau keledai untuk menuju Pasar Ukadz. Beragam barang didagangkan, diantaranya permadani, tenda, bulu domba, minyak wangi, perhiasan, dan rempah-rempah. Begitu pula yang terjadi di Pasar Dzul Majaz,  Majinna dan Mina.

Di salah satu pasar itulah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berbaur dengan keriuhan jual-beli. Beliau memang telah menjadi pebisnis saat usianya masih muda. Atas izin pamannya beliau pun memulai usahanya kecil-kecilan.


Pernah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam membagikan 1500 ekor unta untuk berapa orang Quraisy. Hal ini dilakukan setelah perang Hunain. Menurut catatan Syu'aib, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga pernah menerima hadiah seekor keledai dan kuda. Hadiah tersebut dijual oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Dari hasil penjualan itu uang sebanyak 100 Dinar dan 5 potong baju diberikan kepada Hatib bin Abi Balta.

Dikatakan pula bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah menerima 90.000 dirham dan dibagikan kepada orang banyak sampai habis. Hal ini kemudian diikuti oleh para sahabat, mereka berlomba-lomba menyedekahkan harta saat Perang Tabuk.

Pada masa masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berdakwah lah ini lah harta mereka menyusut. Saat itu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan Khodijah bukan lagi giat berdagang. Mereka giat berdakwah. Semua hasil usaha beliau sebelum kenabian digunakan untuk berdakwah. Keuntungan hasil usahanya sebelum kenabian sudah menipis karena tidak ada perjalanan dagang yang dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Malah harta mereka digunakan untuk menyebarkan kebenaran tentang Islam.


Saat itu masyarakat Arab masih diselubungi oleh masa jahiliyah atau masa kebodohan. Mereka kerap melakukan kecurangan terhadap barang dagangan mereka, atau terhadap pedagang lain. Lain halnya dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam beliau tidak pernah melakukan hal itu. 

Kebiasaan buruk masyarakat Arab dalam berdagang terkadang masih terbawa hingga Islam datang. Suatu hari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam berjalan melintasi seorang pedagang makanan di pasar.  Tertarik melihat tumpukan makanan yang dijual pedagang itu, dia pun berhenti kemudian mencelupkan jarinya ke dalam tumpukan tersebut. Ketika beliau menariknya kembali, dahi beliau berkerut. Jari-jari beliau telah basah. 

Beliau bertanya, "Apa ini wahai penjual makanan?" 

Si penjual Itu tampak terkejut ia menjawab, "Makanan ini terkena hujan ya Rasulullah."

"Mengapa tidak engkau letakkan di bagian atas makanan agar orang-orang dapat melihatnya? Siapa yang menipu dia bukan termasuk golonganku." Hadits Riwayat Muslim.


Dengan wajah malu dan kepala tertunduk pedagang tersebut memenuhi sasaran Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Dalam kisah ini terlihat sekali bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sangat memperhatikan umatnya dan tidak ingin salah satu pihak merasa tertipu atau rugi dalam suatu transaksi dagang.

Pernah ketika beliau telah hijrah ke Madinah, Masyarakat Madinah mengeluhkan harga-harga yang melonjak tinggi. Makin hari rasa-rasanya harga  tersebut semakin mencekik. Mereka takut tidak sanggup untuk memenuhi  kebutuhan hidup mereka.

Mereka lalu menghadap Rasulullah SAW dan berkata, "Wahai Rasulullah harga barang-barang sedang melonjak tinggi. Tentukanlah harga bagi kami.

Kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berkata, "Sesungguhnya Allah penentu harga, dialah yang menahan, melepas, dan memberi Rizki. Aku berharap dapat menemui Allah dan berharap tidak ada seorangpun yang menuntut ku karena kasus penganiayaan terhadap darah ataupun harta benda. Hadits riwayat Bukhari dan Muslim. 

Mereka pun pulang ke rumah masing-masing mereka percaya kepada perkataan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.


Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mulai menerapkan etika bisnis Islami Syariah di kota ini. Suatu ketika, Madinah terkena Embargo ekonomi dari bangsa Quraisy dan sekutu-sekutunya. Penduduk Madinah harus memenuhi sendiri kebutuhannya, belum lagi jumlah penduduk Madinah kian hari kian bertambah. Sementara itu perekonomian Madinah dikuasai oleh orang Yahudi.

Sebagai upaya untuk meredam masalah-masalah ekonomi, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kemudian menetapkan prinsip ekonomi yang bersumber pada al-qur'an. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam menyuruh agar umatnya kala itu tetap berpegang teguh pada usaha-usaha yang halal. Terus mengingatkan agar kaum muslim tidak terperosok lagi pada kebiasaan jahiliyah. Kebiasaan buruk dalam perdagangan seperti judi, dan ghoror (spekulasi) harus dihilangkan apalagi praktek perdagangan yang tidak jujur atau menipu. 

Bukan itu saja, dalam sistem pengupahan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga melakukan perbaikan. Beliau bersabda, "Berikanlah upah kepada pekerja sebelum kering keringatnya keringatnya dan beritahukan ketentuan upah terhadap apa yang dikerjakannya. (hadis riwayat Ibnu Majah)


Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga mencontohkan agar umatnya hidup hemat dan tidak bermewah mewahan. Hal itu ditunjukkan sampai akhir hayat beliau. Meski pernah hidup dalam gelimang harta, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tetap bersahaja.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga mulai membangun Baitul Mal. Baitul Mal sama dengan kas negara. Ide ini muncul saat turun ayat pertama dari Alquran surat al-anfal. Ayat ini turun saat Perang Badar berkecamuk. Ketika itu umat Islam mendapat ghonimah atau harta rampasan perang dalam jumlah banyak. Para sahabat pun berbeda pendapat dalam membagikan ghanimah yang mereka dapatkan. Kemudian turunlah ayat pertama tersebut yang berbunyi "Mereka menanyakan kepadamu Muhammad tentang pembagian harta rampasan perang. Katakanlah harta rampasan perang itu milik Allah dan Rasul. Menurut ketentuan Allah dan rasulnya maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesama dan taatlah kepada Allah dan rasulnya jika kamu beriman." Quran surat Al Anfal ayat 1.


Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah sumber keteladanan bagi kaum Muslim di seluruh dunia. Beliau juga teladan dalam berbisnis dan menggunakan harta di jalan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Tidak hanya memberi teladan lewat sikap dan ucapan, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam selalu memberikan motivasi dan nasehat bagi para sahabat. 

Para sahabat berkembang mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pengalaman beliau menjadi semangat bagi para sahabat untuk menjadikan bisnis sebagai bekal ibadah dan perjuangan dakwah.

Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai salah satu Assabiqunal Awwalun (orang pertama yang memeluk Islam) dia juga dikenal sebagai pedagang yang sangat ulung dan kaya raya. Abdurrahman bin Auf memulai usahanya dengan pedagang sagu dan minyak samin. Atas kegigihannya dia berhasil mengumpulkan sedikit demi sedikit uang.

Sebagai seorang saudagar kaya Abdurrahman bin Auf juga dikenal sangat Dermawan. Pernah dia menyumbangkan 2000 Dinar hartanya untuk kepentingan dakwah saat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam membutuhkan dana untuk kepentingan pasukan muslim dalam Perang Tabuk Abdurrahman bin Auf menyumbangkan 200 uqiyah emas.


Melalui Baitul Mal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengadministrasikan berbagai pendapatan negara. Saat itu negara mendapatkan pemasukan dari zakat dan khumus (seperlima dari harta rampasan perang atau pajak bagi orang muslim yang kaya). Meski dipimpin sendiri oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam beliau juga menugaskan beberapa orang yang langsung ditunjuknya.

Muaiqib bin Abi Fatimah Ad Dausi adalah salah seorang yang ditunjuk Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai pencatat ghanimah. Zubair bin awwam ditugasi sebagai  pencatat harta zakat. Untuk posisi penulis hasil pertanian warga Hijjaz Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menunjuk Hudzaifah Al Yamani. Abdullah bin Rawahah bertugas sebagai penafsir hasil panen warga Khaibar. Lalu  sebagai pencatat hutang piutang Rasulullah menunjuk Al-Mughirah bin syu'bah. Abdullah Bin Arqam lantas ditunjuk sebagai pengelola sumber daya negara, termasuk air. (Ibn al-jauzi, sifat as shafwah) 

Melalui Baitul Mal, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam benar-benar memperhatikan kesejahteraan umatnya kalau itu. Bahkan sepeninggal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tetap berjalan sesuai fungsinya. Pengalaman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam dalam berbisnis dijadikan teladan oleh para sahabat. Banyak juga sahabat yang meraih kesuksesan.


Sahabat lain yang meneladani Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam bisnis adalah Utsman bin Affan . Utsman bin Affan sudah dikenal sebagai saudagar kaya saat memeluk Islam. Dia mulai menjalankan bisnis dengan berlandaskan Alquran dan teladan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Hal ini yang membuatnya bertambah kaya. 

Usman bin Affan juga meneladani kedermawanan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Saat Perang Tabuk dia menyumbangkan 950 ekor unta 50 ekor kuda serta seribu dinar. Dia juga pernah membeli sumur raumah dari orang Yahudi, ketika umat Madinah kekurangan minum.

Melihat sikap Utsman bin Affan ini Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda, "Apa yang diperbuatnya pada hari ini, Utsman tidak akan pernah merugi di akhirat. (hadis riwayat Tirmidzi).


Abu Bakar As Siddiq adalah sahabat berikutnya yang dikenal karena kekayaannya. Ia merupakan orang pertama yang masuk Islam setelah keluarga Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sendiri. Asma ra berkata, "Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam hijrah dan Abu Bakar menemani nya, Abu Bakar membawa seluruh harta yang saat itu berjumlah 5000 atau 6000 dirham. Abu Bakar berangkat membawa semua hartanya itu.

Ketika Perang Tabuk berkecamuk, para sahabat berlomba menyumbangkan hartanya untuk kepentingan umat muslim. Saat itu Umar Bin Khattab ingin mengalahkan Abu Bakar As Siddiq dalam berderma. Umar bin Al Khattab menemui Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan menyerahkan setengah hartanya. 

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bertanya, "Berapa yang kau sisakan untuk keluargamu?"

"Sebanyak yang ku serahkan ini," jawab Umar taqzim.

Lalu datanglah Abu Bakar as-siddiq, ia menyerahkan semua harta yang dimilikinya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam pun bertanya, "Hai Abu Bakar berapa yang kau sisakan untuk keluargamu?"

Abu Bakar lantas menjawab, "Ya Rasulullah aku menyisakan Allah dan rasulNya untuk mereka."

Saat itu Umar Bin Khattab berkata dalam hati, "Demi Allah aku tidak akan pernah dapat mengalahkannya." (hadits riwayat Tirmidzi)

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam selalu mengajarkan murid-muridnya prinsip bisnis yang baik.


Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah mengajarkan kepada murid-muridnya prinsip bisnis yang baik. Bisnis yang baik adalah bisnis yang mengutamakan akhlak mulia ketimbang yang lainnya. Ketika mendapatkan barang yang baik, barang itu harus dihargai dengan sewajarnya. Sebaliknya ketika mendapatkan barang yang kurang baik, katakanlah apa adanya. 

Seorang pebisnis yang baik tidak boleh menutupi kekurangan barang yang diperjualbelikannya. 

"Berapa harga kain ini!" tanya seorang pembeli kepada Muhammad.

Mendengar pertanyaan tersebut, Muhammad tidak langsung memberi harga. Beliau malah memperlihatkan bagian kain yang sobek. Beliau tidak mau menjual barang cacat. Namun pembeli tersebut tetap memaksa untuk membelinya. 

"Aku suka dengan kain yang kau jual berapa pun kau jual aku akan membelinya," katanya dengan sungguh-sungguh.

Akhirnya Muhammad menjual kain itu dengan memberikan potongan harga. Namun pembeli itu tidak mau diberi potongan, dia tetap membayar dengan harga normal. Pembeli tersebut sangat menghargai kejujuran Muhammad.


Dalam berbisnis yang harus dikembangkan juga adalah mental untuk menjadi sukses. Mental untuk menjadi kaya. Sebanyak apapun modal yang dimiliki tidak ada gunanya jika tidak kuat. 

Mental kaya ini dapat kita lihat pada diri sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Mereka adalah orang-orang yang bermental kaya. Ketika hijrah dari Mekah ke Madinah mereka tidak membawa apa-apa, namun karena mereka mau berusaha sungguh-sungguh, mereka dapat menjadi saudagar kaya. 

Salah satu dari mereka adalah Abdurrahman bin Auf. Ia adalah sahabat utama Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam yang menunjukkan kekayaan mentalnya ketika hijrah menuju Madinah. Abdurrahman bin Auf adalah salah satu sahabat yang berhijrah tanpa harta. Dia memiliki harta yang banyak di Mekah namun dia lebih memilih Allah serta RasulNya.



Di Madinah, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mempersaudarakan Abdurrahman bin Auf dengan saudagar paling kaya di kota itu. Dia adalah Saad bin Rabi. Saad bin Rabi merasa sangat gembira dipersaudarakan dengan Abdurrahman bin Auf. Saad sudah mendengar kehebatan Abdurrahman dalam berdagang. Seketika itu juga Saad mengajak Abdurrahman bin Auf melihat tokoh-tokoh kepunyaan Saad. 

"Wahai saudaraku, silahkan engkau pilih toko mana yang kau suka, aku rela memberikannya untukmu," ujarnya dengan tulus. 

"Semoga Allah memberkahi hartamu dan keluargamu. Aku tidak memerlukan semua itu, akan tetapi tunjukkanlah aku di mana pasar supaya aku dapat berdagang di situ, jawab Abdurrahman bin Auf. Sesungguhnya, baginya menerima pembelian dengan cuma-cuma bukan pilihan. Dia lebih tertarik untuk berusaha dengan tangannya sendiri. 

Saad bin Rabi pun menunjukkan letak pasar. Beberapa waktu kemudian bisnis Abdurrahman bin Auf berkembang pesat, tidak lama setelah itu dia menjadi orang yang paling kaya di Madinah. Bahkan dia menjadi salah seorang sahabat yang paling banyak bersedekah untuk dakwah. Masya Allah.


No comments:

Post a Comment